Pengembangan sektor energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia semakin menarik perhatian para investor, khususnya perusahaan-perusahaan yang berada di bawah naungan konglomerat. Kebijakan pemerintah yang fokus pada swasembada energi menjadi dorongan utama bagi perusahaan EBT untuk memperluas portofolio bisnis mereka. Di Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten-emiten milik konglomerat menjadi incaran investor, terutama dalam menghadapi pergeseran pola transaksi di pasar modal.
Perubahan Pola Investasi di Pasar Modal
Direktur Utama BEI Iman Rachman menyatakan bahwa terjadi pergeseran dari dominasi perbankan ke konglomerasi. Dulu, saham-saham perbankan seperti BCA, BRI, Mandiri, dan BNI mendominasi daftar top five. Namun, saat ini, investor lebih tertarik pada saham-saham milik konglomerat yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi, khususnya di sektor EBT.
Pemerintah juga telah memasukkan pengembangan sektor EBT dalam proyek strategis nasional (PSN). Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) berkomitmen untuk memprioritaskan investasi di sektor EBT hingga akhir 2025. Hal ini membuat sektor EBT semakin diminati oleh para investor.
Perkembangan EBT di Tangan Grup Bakrie
Salah satu perusahaan yang aktif di sektor EBT adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang merupakan anak usaha dari Barito Pacific. BREN fokus pada penyediaan energi bersih dengan emisi rendah. Perseroan juga menjadi pemegang saham Star Energy Geothermal Group, produsen listrik tenaga panas bumi terbesar di Indonesia.
BREN merencanakan belanja modal (capex) sebesar US$ 250 juta atau sekitar Rp 4,17 triliun pada 2026, yang akan digunakan untuk menunjang aktivitas bisnisnya di sektor EBT. Target kapasitas pembangkit yang dikelola BREN mencapai 2.300 MW pada 2032 melalui empat proyek strategis:
- Proyek Wayang Windu Unit 3: Menambah kapasitas lebih dari 30 MW, ditargetkan rampung kuartal keempat 2026.
- Proyek Salak Unit 7: Menambah lebih dari 40 MW, diproyeksikan selesai kuartal IV 2026.
- Proyek Wayang Windu Unit 1 dan 2 Retrofit: Menambah 18,4 MW, ditargetkan tuntas kuartal IV 2025.
- Proyek Darajat Unit 3 Retrofit: Menambah lebih dari 7 MW setelah selesai pada 2026.
Selain itu, BREN juga sedang menggarap proyek panas bumi Hamiding di Halmahera Utara, Maluku Utara, yang berpotensi menghasilkan daya 275–550 MW. Saat ini, BREN mengoperasikan tiga aset panas bumi, yaitu Wayang Windu, Salak, dan Darajat dengan total kapasitas terpasang 710 MW.
Proyek EBT di Grup Sinarmas
Grup Sinarmas juga memiliki lini bisnis di bidang EBT melalui PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). DSSA mengembangkan proyek panas bumi dan pembangkit tenaga surya melalui sejumlah entitas anak. Sejak 2022, DSSA aktif menjajaki dan membangun proyek pembangkit listrik berbasis EBT untuk mendukung target penurunan emisi nasional.
DSSA tengah menggarap tiga proyek panas bumi di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang ditargetkan beroperasi komersial pada 2029. Selain itu, DSSA juga menjalankan dua proyek di sektor tenaga surya, yakni produksi panel dan solusi rooftop solar PV. Fasilitas produksi panel surya di KEK Kendal, Jawa Tengah telah rampung dibangun pada 2024 dengan kapasitas 1–2 GWp per tahun.
Proyek EBT di Grup Astra
Emiten EBT milik Grup Astra, PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), terus memperluas portofolio proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berbasis aliran sungai langsung (run-of-river). Saat ini, ARKO telah mengoperasikan tiga proyek, serta membangun dua lainnya sebelum memulai pengerjaan proyek anyar Pongbembe di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Proyek Pongbembe disebut akan menjadi proyek terbesar yang pernah dikerjakan ARKO. Saat ini, harga saham ARKO melonjak 410,87% sejak awal tahun, meskipun perdagangan sahamnya sedang disuspensi oleh BEI karena adanya pergerakan yang tidak wajar.
Kesimpulan
Perkembangan sektor EBT di Indonesia semakin pesat, terutama dengan dukungan pemerintah dan partisipasi aktif perusahaan konglomerat. Emitter seperti BREN, DSSA, dan ARKO menunjukkan potensi besar dalam pengembangan energi bersih. Dengan rencana investasi besar dan proyek-proyek strategis, sektor EBT diharapkan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia di masa depan.
0 Response to "Portofolio Emiten EBT: BREN, DSSA, dan ARKO Mana yang Paling Menarik?"
Post a Comment