
Perusahaan BUMN Karya Terus Lakukan Divestasi Aset
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) telah melakukan divestasi aset terbaru dengan menjual entitas usahanya, PT Cimanggis Cibitung Tollways, kepada PT Bakrie Toll Indonesia pada 28 November 2025 senilai Rp 3,28 triliun. Transaksi ini dilakukan melalui anak usahanya, PT Waskita Toll Road, yang sebelumnya memiliki 35% saham di PT Cimanggis Cibitung Tollways. Jumlah saham yang dilepas mencapai 20 juta saham.
Sekretaris Perusahaan Waskita Karya Ermy Puspa Yunita menyatakan bahwa kedua pihak telah menyetujui harga pengalihan saham sebesar Rp 388,88 miliar dan harga piutang sebesar Rp 970,74 miliar. Selain itu, PT Cimanggis Cibitung Tollways juga melakukan pembayaran atas pokok dan bunga shareholder loan kepada PT Waskita Toll Road. Total nilai transaksi mencapai Rp 3,28 triliun.
Ermy menegaskan bahwa aksi korporasi ini menjadi bagian dari strategi restrukturisasi dan transformasi bisnis WSKT. Dana hasil divestasi akan digunakan untuk meningkatkan likuiditas dan arus kas perusahaan serta menunjukkan komitmen perseroan dalam menyelesaikan kewajiban kepada kreditur.
Selain WSKT, PT PP Tbk (PTPP) juga melakukan divestasi aset senilai total Rp 1,69 triliun. PTPP berencana melepas dua anak usahanya yang berasal dari bisnis non-inti. Pertama, PTPP mendivestasikan kepemilikan saham di PT PP Infrastruktur (PPIN) kepada PT Varsha Zamindo Laksana (VZL) dan afiliasinya sebesar 81% atau 621.161 saham PPIN dengan nilai transaksi Rp 1,41 triliun. Kedua, PTPP melepas 47,81% kepemilikan saham di PT Celebes Railway Indonesia kepada PT Solra Energi Terbarukan dengan nilai transaksi Rp 282,1 miliar.
Divestasi ini dilakukan sebagai bagian dari langkah penataan portofolio dan penguatan fokus bisnis inti. Dana hasil divestasi akan digunakan untuk memperkuat kegiatan operasional dan mengembangkan proyek-proyek pada lini bisnis inti.
Dalam catatan Erfa News, kedua aset tersebut sudah ada dalam pipeline rencana divestasi PTPP sepanjang tahun 2025. Target divestasi PTPP tahun ini adalah Rp 3,06 triliun. Artinya, PTPP masih harus melepas aset sebesar Rp 1,37 triliun untuk mencapai target tersebut.
Selain CRI dan PPIN, PTPP juga berencana melepas kepemilikan di PT Centurion Perkasa Iman Surabaya dan PT PP Semarang Demak. Untuk PP Semarang Demak, divestasi akan dilakukan setelah beroperasinya Seksi I tahun 2027.
Sementara itu, PT Wijaya Karya Gedung Tbk (WEGE) menargetkan divestasi aset sebesar Rp 50 miliar di tahun 2025. Hingga saat ini, realisasi divestasi mencapai Rp 40 miliar, dengan target akhir tahun ini di kisaran Rp 40 miliar–Rp 45 miliar. Mayoritas aset yang dilepas adalah proyek apartemen di Bandung.
Untuk tahun 2026, WEGE menargetkan divestasi aset sebesar Rp 100 miliar. Direktur Keuangan, Human Capital, dan Manajemen Risiko WEGE, Hartanto Karti Raharjo menjelaskan bahwa perseroan memiliki jenis aset aktif dan persediaan. Untuk divestasi, WEGE akan menjual aset yang sifatnya persediaan, seperti tanah dan apartemen, serta beberapa aset produksi yang tingkat produktivitasnya belum sesuai rencana.
Induk usaha WEGE, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), juga berencana melepas anak usaha dan perusahaan asosiasi non-core demi meningkatkan pemulihan dan dividen bagi perseroan. Salah satu aset yang akan dilepas adalah Tol Serang–Panimbang yang dimiliki secara mayoritas, sekitar 85% dari total saham. Namun, tol ini belum akan didivestasikan dalam waktu dekat karena proses pengerjaan masih berlanjut.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menyatakan bahwa pengalihan aset non-inti ditujukan untuk menjadi kas untuk membayar utang dan modal kerja. Hal ini dapat menurunkan beban bunga dan merapikan neraca, yang idealnya membantu mengurangi tekanan rugi yang saat ini masih besar.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, melihat aksi divestasi yang dilakukan BUMN Karya menjelang rencana merger di tahun 2026 memberikan dampak signifikan terhadap perbaikan struktur keuangan. Divestasi ini difokuskan pada pelepasan aset non-core, seperti kepemilikan tol dan perusahaan turunan, untuk memperkuat posisi kas, menurunkan leverage, serta memperbaiki arus kas operasional.
Prospek dan Rekomendasi Liza melihat kinerja BUMN Karya masih ada di fase pemulihan rapuh di tahun penuh 2025. Pada tahun 2026, ada peluang menjadi titik balik jika penurunan suku bunga berlanjut, belanja infrastruktur atau kelanjutan IKN dan kucuran dana PMN/Danantara mengalir, serta merger dan restrukturisasi utang selesai.
Untuk mempercepat pemulihan, BUMN Karya perlu konsisten melanjutkan divestasi aset tol dan properti yang tidak inti, merampungkan restrukturisasi utang, memperketat efisiensi, mempercepat penyelesaian proyek dan penagihan piutang, serta memaksimalkan sinergi dan diversifikasi ke segmen dengan arus kas cepat.
Liza melihat PTPP relatif berpeluang punya kinerja terbaik di 2025–2026 karena neracanya paling kuat dan masih mencetak laba, disusul ADHI yang walaupun tipis tetapi masih untung. Di sisi lain, WIKA dan WSKT tetap tertahan isu gagal bayar dan suspensi, sehingga pemulihannya mungkin paling akhir.
Ekky melihat pemulihan BUMN Karya cenderung bertahap. Jadi tidak akan langsung membaik, bahkan ada kecenderungan masih lambat, karena masih banyak tantangan. Sentimen positif utamanya berasal dari rencana konsolidasi BUMN Karya, penurunan suku bunga global dan domestik, serta potensi meningkatnya proyek infrastruktur pemerintah di bawah pemerintahan baru.
Jika pendanaan proyek lebih terstruktur, dan cash conversion cycle bisa diperbaiki, kinerja laba bersih dapat membaik secara perlahan. Namun tantangan yang masih harus dicermati adalah tingginya utang, kondisi modal kerja yang ketat, dan sensitivitas terhadap suku bunga.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menambahkan, BUMN Karya saat ini sudah lebih fokus ke restrukturisasi utang demi meredam arus kas negatif. Program infrastruktur dari pemerintah yang tak terlalu masif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya justru bisa membantu penyehatan keuangan para emiten BUMN Karya.
Nafan merekomendasikan speculative buy untuk PTPP dengan target harga Rp 410 per saham.
0 Response to "BUMN Karya Aktif Jual Aset, Ini Prospek Kinerjanya"
Post a Comment